Aku, orang yang begitu
mendewakan harapan dan selalu menaruh harapan pada puncak tertinggi namun
mirisnya harapan itu selalu patah disaat puncak sedang berusaha dicapai.
Merelakan harapan demi
kebahagiaan orang lain, saking seringnya aku melakukan ini hampir lupa rasanya
sakit, sedangkan ikhlas dengan mudah mengalir.
Kemudian melanjutkan
hidup dengan membuat harapan-harapan baru, dan selalu berharap bisa mencapai
puncak tanpa ada orang lagi yang ingin merebut harapanku.
Kelihatan miris bukan
takdirku ? tapi aku tidak pernah menyesalinya meskipun setiap kali itu terjadi
aku akan bertanya kepada Tuhan kenapa harus aku dan kenapa harus begini (lagi).
Dan jawaban yang selalu aku yakini untuk bisa bertahan sejauh ini adalah
rencana Tuhan selalu indah dan untuk mendapatkannya harus melalui yang namanya
kecewa dan gagal, semakin kita sering merasa kecewa berarti jatah kecewa kita
satu per satu habis dan dimasa depan yang tersisa adalah jatah bahagia.
Keyakinan itu memang
kini yang menjadi kekuatan, tapi pernah aku berada dititik terburuk dimana
kecewa datang dengan bertubi-tubi sampai sempat terfikir aku sudah tidak mau
mempercayai adanya keberadaanmu Tuhan. Untungnya logika bekerja dengan cepat,
buru-buru aku menghapus pikiran itu. Aku beribadah, kemudian berdoa dengan
tangis yang mengiringi. Tenangpun aku rasakan setelahnya, kemudian mencoba
mengikhlaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar