Sabtu, 25 Februari 2017

Harapan

Aku, orang yang begitu mendewakan harapan dan selalu menaruh harapan pada puncak tertinggi namun mirisnya harapan itu selalu patah disaat puncak sedang berusaha dicapai.

Merelakan harapan demi kebahagiaan orang lain, saking seringnya aku melakukan ini hampir lupa rasanya sakit, sedangkan ikhlas dengan mudah mengalir.

Kemudian melanjutkan hidup dengan membuat harapan-harapan baru, dan selalu berharap bisa mencapai puncak tanpa ada orang lagi yang ingin merebut harapanku.

Kelihatan miris bukan takdirku ? tapi aku tidak pernah menyesalinya meskipun setiap kali itu terjadi aku akan bertanya kepada Tuhan kenapa harus aku dan kenapa harus begini (lagi). Dan jawaban yang selalu aku yakini untuk bisa bertahan sejauh ini adalah rencana Tuhan selalu indah dan untuk mendapatkannya harus melalui yang namanya kecewa dan gagal, semakin kita sering merasa kecewa berarti jatah kecewa kita satu per satu habis dan dimasa depan yang tersisa adalah jatah bahagia.

Keyakinan itu memang kini yang menjadi kekuatan, tapi pernah aku berada dititik terburuk dimana kecewa datang dengan bertubi-tubi sampai sempat terfikir aku sudah tidak mau mempercayai adanya keberadaanmu Tuhan. Untungnya logika bekerja dengan cepat, buru-buru aku menghapus pikiran itu. Aku beribadah, kemudian berdoa dengan tangis yang mengiringi. Tenangpun aku rasakan setelahnya, kemudian mencoba mengikhlaskan.



Kamis, 23 Februari 2017

Patah hati ? Lagi

Kamu tau rasanya sudah menunggu begitu lama tapi kemudian mendapati kenyataan bahwa yang kamu tunggu justru sudah lama bahagia bersama pilihannya ?

Aku merasakannya sekarang.

Sudah tidak ada lagi kata yang bisa mendeskripsikan apa yang aku rasakan.

Sudah tidak ada lagi air mata yang bisa terurai, yang ada hanya gelak tawa yang bisa aku lantunkan. Tawa miris untuk menertawakan kebodohan diri.

Bahkan setelah beberapa kali tatapan itu aku masih beropini kamu masih sendiri. Bodoh, amat bodoh.

Harusnya tidak pernah menaruh harapan setinggi ini.

Sayangnya ini semua sudah terjadi.

Dan parahnya kini jatuh sejatuh-jatuhnya.