Rabu, 21 Desember 2016

Memilih pergi

Aku memilih pergi. Bukan karena aku tidak mau lagi berjuang. Aku hanya lelah berada dalam keadaan semelelahkan ini.

Dulu aku berjuang sedemikian gigih untuk bisa bersama kamu, tapi kamu tidak pernah sedikitpun menghargai apa yang aku lakukan. Justru kamu memilih bersamanya yang jelas-jelas dia orang yang sangat dekat denganku. Marah. Sedih. Bingung. Itu semua yang aku rasakan ketika mengetahui semua relitanya.

Aku memilih pergi, untuk menjaga hatiku sendiri agar tidak terlalu lama lagi berlarut dalam kepedihan ini.

Memutuskan untuk pergi bukan hal yang mudah. Mengingat betapa aku sudah sampai taraf memuja kepadamu. Untung saja logikaku bekerja dengan baik ia sedang berada dipuncak akal sehat yang membuatku pada akhirnya melakukan hal ini.

Aku memilih pergi, untuk membuatmu tidak merasa terbebani dengan perasaanku terlebih kamu sudah mengetahui rasa sayangku untukmu.


Jumat, 01 Januari 2016

5

"Kamu adalah perempuan yang sangat aku sayang setelah ibu dan nenekku" ucapmu.

Namun mengapa kini perempuan lain yang berada disisimu ? Bukankah itu berarti kau berdusta ?

Aku merasa bodoh karena terlalu berharap pada semua kalimat yang kau ucap.

"Kita akan bersama selamanya" ucapmu lagi.

Lagi-lagi aku terbuai oleh lisanmu yang begitu memabukkan.

Menanggalkan logika sebab rasa yang telah berkuasa.

Andai logikaku kokoh, semua tak akan seperti ini.

Bodoh. Mengandaikan hal yang telah terjadi hanya membuang-buang waktu saja.

"Aku udah ga pantes buat kamu, aku mau kita udahan" ucapmu yang membuat kepalaku seketika pening.

"Kamu yang udah ga pantes buat aku atau aku yang udah ga pantes buat kamu ?" Tanyaku sembari menahan bulir yang jatuh dari mata.

Ada hening yang cukup lama. Yang terdengar hanya samar-samar tarikan ingusku yang berarti aku telah gagal menahan jatuhnya bulir air mataku.

Akhirnya kamu angkat bicara dan mengatakan bahwa sudah ada orang lain yang menurutmu pantas untukmu.

Tangisku semakin menjadi mendengar pernyataanmu. Sebisa mungkin aku tak menamparmu karena aku tau kita sedang berada ditempat umum.

Kamu pun memberitauku siapa sosok perempuan itu.

"Brengsek, mengapa harus sahabatku ? Apakah didunia ini tidak ada perempuan lain selain dia ?" Jeritku dalam hati yang terurai lewat tangisan.